Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Honda untuk meninggalkan Formula 1 (F1) pada akhir 2021 menimbulkan pertanyaan besar bagi kelangsungan kompetisi balapan mobil itu di masa yang akan datang.
Keputusan Honda tersebut juga menimbulkan pertanyaan yang lebih besar tentang keterlibatan pabrikan mobil di F1. Karena tak dapat dipungkiri, makin banyak negara di dunia yang mendorong industri motor menuju elektrifikasi dan F1, dengan mesin V6 turbo-hybrid-nya hingga tahun 2025, terlihat semakin ketinggalan zaman.
Meskipun Ferrari, Mercedes dan Renault tetap berkomitmen pada olahraga ini di bawah Perjanjian Concorde baru hingga akhir 2025, keputusan Honda merupakan peringatan serius bagi F1.
Dalam pernyataan hari Jumat (2/10/2020), Honda sangat jelas menyatakan bahwa keputusannya untuk meninggalkan Formula Satu didasarkan pada keinginannya untuk lebih memfokuskan sumber daya pada teknologi tanpa emisi.
Honda bertekad untuk menjadi perusahaan otomotif nihil emisi karbon pada tahun 2050. Untuk mewujudkannya, perusahaan tersebut telah menetapkan tujuan awal membuat dua pertiga dari produknya berbahan bakar listrik pada tahun 2030.
Berbeda dengan pabrikan yang menggunakan F1 sebagai upaya pemasaran produknya, Honda menggunakan kompetisi tersebut untuk keperluan pengembangan dan riset.
Baca Juga
Honda pernah mengklaim F1 telah membantu dalam pengembangan teknologi hibrida dan baterai dalam beberapa tahun terakhir, tetapi karena target emisinya untuk tahun 2030 dan 2050 semakin besar, sumber daya yang didedikasikan untuk F1 tidak lagi melihat kembalinya dalam jenis teknologi yang tepat.
"Selama lebih dari 10 tahun kami telah melakukan inisiatif untuk mengurangi CO2, namun, industri otomotif mengalami transformasi sekali dalam seratus tahun," kata Takahiro Hachigo, presiden Honda Motor Co melalui pernyataan resminya dikutip Sabtu (3/10/2020).
Hachigo menyebut tingginya minat publik global akan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon membuat pihaknya harus mengambil tindakan cepat.
“Kami pasti harus mempercepat jalur netralitas karbon, jadi kami harus meningkatkan teknologi manajemen energi dan teknologi bahan bakar yang telah kami bangun selama bertahun-tahun dengan F1 dan sumber daya insinyur untuk mengarahkan mereka ke upaya lingkungan. Itulah mengapa kami telah mencapai ini [keputusan] sekarang," ungkapnya.
Perlu diketahui, tidak seperti 10 tim F1, yang sekarang bergabung dengan olahraga tersebut hingga 2025 berdasarkan Perjanjian Concorde yang baru, posisi Honda sebagai pemasok mesin membuat mereka tidak pernah terikat kontrak dengan F1. Tentunya Honda bebas untuk menentukan kontraknya sendiri dengan timnya dan tidak memiliki kewajiban di luar perjanjian itu untuk tetap di F1.
Terkait dengan hengkangnya Honda dari F1, mantan Engine Head Cosworth F1 Mark Gallagher mengatakan F1 sekarang beresiko menjadi sedikit tidak relevan untuk pabrikan mobil, khususnya pabrikan mobil yang belum tertarik kepada olahraga ini. Karena dunia kendaraan berubah lebih cepat daripada yang orang perkirakan lima tahun lalu.
"Saya rasa langkah Honda, sementara mengejutkan, sepenuhnya sesuai dengan apa yang kami lihat terjadi di seluruh dunia," katanya, dilansir Reuters pada Sabtu (3/10/2020).
Bagi F1 tentunya hal itu menimbulkan sejumlah pertanyaan cukup fundamental tentang apa yang akan mereka lakukan pada tiga atau empat tahun ke depan.