Bisnis.com, PALEMBANG - Bagi Uganda partisipasi dalam hajatan olah raga negara-negara Islam (Islamic Solidarity Games) III pada 22 September - 1 Oktober 2013 di Palembang sungguh berat dan membutuhkan perjuangan ekstra.
Apa masalah dan kendalanya? Apalagi, jika bukan soal fulus alias uang.
Biaya yang mahal menjadi kendala utama, dan Uganda pun terpaksa hanya mengikuti dua cabang, yakni bola voli pantai putra yang terdiri dari dua atlet dan lari 100 meter putri, alias hanya mengirimkan tiga atlet.
Setiap atlet membutuhkan Rp30 juta untuk tiket pulang-pergi dari Entebe, Ibu Kota Uganda ke Palembang.
"Uganda ingin membawa banyak atlet ke Palembang, tetapi biaya yang mahal menjadi salah satu penghalang," kata Sadik Zaid Nasiwu, Ketua Kontingen Uganda (Chef De Mission), yang dijumpai di Arena Voli Pantai Jakabaring, Jumat (27/9).
Menurutnya, perjalanan yang dilalui juga terbilang berat karena membutuhkan waktu sekitar 30 jam dengan dua kali transit, yakni di Dubai dan Jakarta.
Perhelatan ISG dibuka secara resmi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Minggu (22/9), dengan diikuti 46 negara terdiri atas 1.677 orang atlet dan 599 orang ofisial.
Ke-46 negara itu, yakni Aljazair, Azerbaijan, Brunei Darussalam, Mesir, Guyana, Indonesia, Iran, Iraq, Kuwait, Libya, Maladewa, Maroko, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Saudi Arabia, Sudan, Suriah, Tajikistan, Turkmenistan, Turki, Uni Emirat Arab (UEA).
Kemudian, Uganda, Yaman, Guinea, Mauritania, Gambia, Nigeria, Yordania, Togo, Pantai Gading, Senegal, Kamerun, Monzambik, Libanon, Tunisia, Somalia, Bahrain, Jibuti, Bangladesh, Chad, Komoro, Sierra Lione, dan Mali.
"Target tidak ada, hanya ingin berpartisipasi saja di ISG. Namun, pada edisi berikutnya kemungkinan besar sudah menyiapkan sebuah tim dengan belasan atlet," ujar Nasiwu.
Nasiwu yang tercatat sebagai mantan atlet voli indoor nasional Uganda ini mengatakan sangat terkesan dengan keterbukaan masyarakat Indonesia khususnya warga Palembang dalam menyambut para tamu negara.
"Penduduk Palembang murah senyum dan sangat "welcome", saya merasa nyaman di sini meskipun secara sosial budaya jauh berbeda dengan Uganda," ujarnya.
Uganda hanya memiliki warga muslim sekitar 15% dari total penduduk yang berjumlah sekitar 30 juta orang, sementara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia.
Selain itu, secara ekonomi ia menilai Indonesia jauh lebih baik dari Uganda, mengingat masih berjuang keras untuk beralih dari negara miskin ke negara berkembang.
"Kehidupan sosial ekonomi di Indonesia lebih baik dari Uganda. Seperti diketahui, negara kami baru menyelesaikan konflik dalam negeri dan masuk dalam golongan negara miskin yang bertumpu pada sektor pertanian. Tapi, saat ini kondisi sudah lebih baik dan tidak ada lagi pemberontakan," katanya.
Menurutnya, saat ini Uganda fokus dalam meningkatkan standar kehidupan warga dengan mendorong masuknya investor. Salah satunya dengan tetap mempertahankan pemasukan negara dari sektor pariwisata.
"Jika ingin melihat hutan masih alami maka datanglah ke Uganda yang sering disebut Mutiara Afrika. Beraneka ragam binatang khas Afrika seperti, jerapah, gajah, singa, dapat diamati dari dekat. Biayanya pun sangat murah," katanya.
Terkait dengan apa yang diketahuinya dari Indonesia, ternyata dia memiliki jawaban cukup mengejutkan yakni Presiden Soeharto.
"Benarkan Presiden Soeharto itu dari Indonesia," katanya. (Antara)(Foto:Foxnews)