Bisnis.com, JAKARTA - Tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting hanya mampu mencapai babak 16 besar Kejuaraan Dunia Bulu tangkis 2019. Tunggal Indonesia itu kalah dari tunggal India Sai Praneeth dua set langsung 19-21, 13-21. Sebelum pertandingan Ginting, Kento Momota berhasil membungkam wakil India lainnya Prannoy H.S. Jika melihat pertandingan tunggal Jepang itu, Jonatan Christie mungkin bisa meniru strategi Momota dalam menghadapi pemain tunggal India.
Jika mengulas kembali secara historis head to head, Ginting memang kerap bermain ketat dengan para pemain India. Saat ini, ada empat tunggal putra India yang lumayan menonjol, yakni Srinkath Kidambi, Sameer Verma, Sai Praneeth, dan Prannoy. Head to head Ginting dengan keempatnya benar-benar ketat.
Dengan lawan terakhir, Sai Praneeth, Ginting tertinggal 2-3. Praneeth unggul head to head dari Ginting setelah menjegal pemain Indonesia itu di babak 16 besar Kejuaraan Dunia Bulu tangkis 2019.
Lalu, head to head Ginting dengan Kidambi, tunggal India dengan peringkat dunia tertinggi, imbang 2-2. Dengan Sameer Verma dan Prannoy, Ginting mencatatkan head to head 1-1. Angka head to head yang ketat itu menunjukkan Ginting belum bisa sepenuhnya menguasai permainan ketika bermain melawan wakil India.
Jika melihat dari permainannya, tunggal putra India memiliki kelebihan dari segi pukulan yang kencang. Selain itu, tiga dari empat tunggal India itu memiliki tinggi di atas 175 cm sehingga lebih mudah menyambar shuttlecock dengan jumping smash.
Namun, para pemain India ini memiliki kelemahan dari sisi stamina dan daya tahan, terutama sejak ditinggal Mulyo Handoyo.
Baca Juga
Taktik Momota Melawan Pemain India
Sebelum Ginting berhadapan dengan Praneeth di 16 Besar Kejuaraan Dunia, tunggal Jepang Kento Momota lebih dulu menghadapi tunggal India lainnya, Prannoy. Pemain peringkat satu dunia itu pun sempat kewalahan menghadapi tunggal India peringkat 30 dunia tersebut. Pukulan smash kencang Prannoy yang menyilang maupun lurus kerap membuat Momota mati langkah.
Namun, Momota tidak patah arang dengan kekuatan pukulan pemain India tersebut. Seolah tahu kelemahan pemain India, Momota lebih sering bermain reli panjang lewat pukulan lob dan drop shoot sepanjang set pertama.
Kento Momota melakukan selebrasi setelah mendapatkan poin dari lawannya Prannoy pada babak 16 besar Kejuaraan Dunia Bulu tangkis 2019 pada Kamis (22/08/2019). / Reuters
Prannoy yang sudah berumur 30 tahun pun terpaksa bergerak ke-kanan, kiri, depan, belakang untuk melawan arah pukulan yang tidak terlalu kencang dari Momota. Sepanjang set pertama, Prannoy berhasil menekan Momota, meskipun pemain Jepang itu masih unggul 21-19 di set pertama.
Namun, entah imbas dari permainan reli-reli panjang pada set pertama, Prannoy seperti kehabisan tenaga di set kedua. Momota dengan mudahnya mengalahkan Prannoy di set kedua dengan skor 21-12.
Prannoy gagal menjangkau penempatan shuttlecock oleh Kento Momota dalam Babak 16 besar Kejuaraan Dunia Bulu tangkis 2019 pada Kamis (22/08/2019)./ Reuters
Kemenangan Momota atas Prannoy itu pun melengkapi 5 kemenangan sebelumnya. Secara head to head, Momota unggul 6-0 atas Prannoy, artinya smash keras dari pemain India itu belum cukup untuk menjungkalkan sang tunggal putra nomor satu dunia tersebut.
Strategi Ginting Menghadapi Praneeth
Sama halnya dengan Momota, Ginting kerap kesulitan menghadapi pukulan smash kencang Praneeth. Di sisi lain, Ginting sempat menemukan kelemhan Praneeth, yakni dengan strategi pukulan shuttlecock yang dekat dengan net. Alhasil, Ginting beberapa kali mendulang poin dengan penempatan shuttlecock dekat net lewat drop shot maupun netting.
Namun, Praneeth pun mengubah pola permainan sehingga bisa mendapatkan ruang untuk menggunakan smash kencangnya. Di sisi lain, Ginting tidak sabar seperti, Momota yang berupaya menguras tenaga pemain India. Ginting malah seperti terburu-buru untuk mendulang poin.
Sempat hampir menguasai set pertama, sayangnya Ginting harus dikejar oleh Praneeth hingga skor menjadi 19-21. Di babak kedua, Ginting seperti kehilangan arah dan visi permainan sehingga dengan mudah dikalahkan Praneeth 13-21.
Sebenarnya, Praneeth sudah hampir kehabisan tenaga di set kedua, hal itu terlihat beberapa kali dia bertingkah memperlambat permainan, serta melakukan challenges yang tidak perlu. Sayangnya, Ginting pun kerap melakukan kesalahan sendiri yang menguntungkan pemain India.
Dari pertandingan Momota vs Prannoy dan Ginting vs Praneeth itu ada pelajaran yang bisa diambil, yakni kesabaran Momota dengan menguras tenaga lawannya pada set pertama mendulang hasil kemenangan. Momota sangat sulit membalikkan pukulan smash dari Prannoy, tetapi dia bisa mengatasi itu dengan sabar dan tidak banyak melakukan kesalahan sendiri.
Kini, Indonesia tinggal menyisakan Jonatan Christie sebagai wakil tunggal putra di kejuaraan Dunia 2019. Di babak perempat final, Jojo, sapaan Jonatan Christie pun bakal menghadapi Praneeth yang sudah mengandaskan Ginting.
Peringkat tunggal putra dunia terbaru. / BWF
Sejauh ini, Jojo unggul secara head to head dari Praneeth 2-1. Namun, pertemuan terakhir keduanya terjadi di Prancis Open 2018 yang dimenangkan Jojo dua set langsung 21-16, 21-14. Bisa dibilang, pertemuan itu sudah cukup lama sekali dan kini kedua pemain sudah berkembang satu sama lain.
Jika ingin menang, mungkin Jojo bisa meniru gaya permainan Momota yang lebih sabar untuk menguras stamina para pemain India di set pertama agar berjaya di set kedua. Itu pun dengan syarat, stamina dan daya tahan Jojo juga harus mumpuni.
Nah, semoga saja Jojo, pemain peringkat 4 dunia bisa mengalahkan Praneeth yang kini berada di peringkat ke-19 dunia ya.