Bisnis.com, JAKARTA – Kendati bukan kekuatan tradisional bulu tangkis, Prancis memiliki rekam jejak sejarah panjang dengan olahraga tepok bulu.
Bila di cabang olahraga tenis ada French Open sebagai satu dari empat grand slam, di bulu tangkis French Open pun masuk dalam klasifikasi kejuaraan cukup prestise. Sebagai penyandang BWF World Tour Super 750, French Open adalah satu dari sembilan kejuaraan terbesar bulu tangkis tahun ini.
Status itu tidak diberikan serta-merta oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Sebagaimana dikutip dari situs resmi French Open (www.yonexifb.com), BWF secara selektif memilih Prancis bersama China (tiga turnamen), Indonesia, Inggris, Denmark, Malaysia, dan Jepang.
Dibandingkan dengan enam negara lain, Prancis praktis tidak memiliki pemain-pemain elit dunia. Pebulu tangkis Prancis pun jarang menjuarai turnamen-turnamen di luar Eropa.
Namun, dari sisi kesejarahan, Prancis hanya kalah dari Inggris, negara ‘penemu’ bulu tangkis. Kejuaraan bulu tangkis di negeri itu—sebagai cikal bakal French Open—dibuka kali pertama pada 1909 atau berselang 10 tahun setelah All England.
Di tempat itu legenda-legenda bulu tangkis seperti George Alan Thomas, Betty Uber, Eddy L. Chong, hingga Ferry Sonneville menorehkan gelar juara. Sempat hilang dari percaturan elite French Open kembali mengemuka pada 2007 setelah ditetapkan sebagai salah satu turnamen BWF Superseries.
French Open 2018 dipastikan menawarkan persaingan lebih ketat sebagai penyandang turnamen Super 750. Di turnamen itu, jajaran Top 15 nomor tunggal dan Top 10 nomor ganda wajib bertanding memperebutkan hadiah total senilai US$750.000.
Indonesia pun mengirimkan kontingen terbaik seperti juara Denmark Open 2018 Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon, juara China Open 2018 Anthony Sinisuka Ginting, peraih medali emas Asian Games 2018 Jonatan Christie, hingga ganda campuran senior Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Prancis menjanjikan turnamen tahun ini momen prestisius dan penuh kejutan. Bertanding di Stadion Pierre de Coubertin, tuan rumah menawarkan pertandingan dalam suasana gelap guna menampilkan ‘pertunjukan luar biasa’.
“Untuk mempersembahkan penampilan terbaik pemain, skenografi baru akan menutupi Coubertin dalam kegelapan. Hanya memperlihatkan lapangan, bukan yang lain,” tulis Federasi Bulu Tangkis Prancis.
Berhasil sebagai tuan rumah adalah satu sisi, bagaimana di sisi prestasi? Berdasarkan hasil undian, Prancis mungkin bernasib kurang mujur. Tuan rumah hanya menempatkan empat wakil.
Mereka adalah tunggal putra Brice Leverdez, dua pasangan ganda putri Emilie Lefel/Anne Tran dan Delphine Delrue/Lea Palermo, serta satu pasangan ganda campuran Ronan Labar/Audrey Mittelheisser.
Dari sisi rangking, memang hanya empat pebulu tangkis tersebut yang bisa mengisi slot 32 pemain di babak awal French Open 2018. Itu adalah konsekuensi dari turnamen Super 750 di mana pemain-pemain top wajib datang dan tidak ada babak kualifikasi.
Masuk kategori nonunggulan, pemain-pemain Prancis sudah harus bersusah payah di babak 32 besar. Brice Leverdez, misalnya, akan langsung berhadapan dengan peraih medali emas Olimpiade Rio, Chen Long.
Namun, pebulu tangkis tuan rumah bisa memanfaatkan faktor nonteknis guna membuat kejutan. Dukungan penonton, penguasaan lapangan, dan adaptasi cuara tentu lebih dikuasai. Selebihnya adalah faktor dewi fortuna.