Bisnis.com, JAKARTA – Pasangan ganda campuran Inggris Ben Lane/Jessica Pugh harus angkat koper lebih cepat dari turnamen Denmark Open 2018.
Dalam pertandingan babak 32 besar di Odense, Rabu (17/10/2018) sore waktu setempat, Ben/Jessica takluk dari pasangan ganda campuran terbaik Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Sebagaimana terekam dalam statistik Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Tontowi/Liliyana menang dua set langsung 21-11 dan 21-16. Pertandingan berjalan selama lebih kurang 31 menit.
Meski kalah, pasangan Inggris itu bisa jadi tidak terlalu merasa kecewa, bahkan bangga. Hal itu terutama bagi Jessica Pugh, sebab bertemu Liliyana adalah impian masa kecilnya.
“Natsir adalah idolaku. Aku selalu menanti-nanti dapat kesempatan untuk bermain [menghadapinya] sebelum dia pensiun,” kata Jessica sebagaimana dikutip Bisnis.com dari situs resmi Asosiasi Bulu Tangkis Inggris (Badminton England), Rabu.
Jessica mengenang kali pertama menyaksikan langsung penampilan Liliyana. Saat itu Liliyana masih berpasangan dengan Nova Widianto. Keduanya berlaga di turnamen All England pada 2005 atau 2006. Kala itu, Jessica masih bocah berumur delapan tahun.
“Sejak aku mulai main bulu tangkis, Natsir adalah idolaku. Dia adalah alasan mengapa aku ingin bermain bulu tangkis,” tambah Jessica yang kini berusia 21 tahun.
Tatkala hasil undian Denmark Open 2018 menjadwalkan pertemuan dengan Tontowi/Liliyana, Jessica merasa sangat gembira. Pertemuan di Denmark adalah kali pertama buat dua ganda campuran tersebut.
Wajar bila kedua pasangan itu belum pernah saling berhadapan. Tontowi/Liliyana adalah ganda campuran elite dunia yang biasanya mengikuti kejuaraan level atas seperti BWF World Tour Super 750 dan 1000.
Sebaliknya, Jessica dan Ben Lane yang masih bertenger di peringkat 26 dunia kerap mengikuti kejuaraan level lebih rendah. Di Inggris pasangan itu menempati rangking tiga di bawah Chris Adcock/Gabrielle Adcock dan Marcus Ellis/Lauren Smith.
Di atas kertas, kekalahan dari Tontowi/Liliyana di Denmark pun sudah bisa diprediksi. Meski demikian, Liliyana atau Butet pasti memberi banyak pelajaran bagi sang lawan.
Dengan segudang prestasi, pemain berusia 33 tahun asal Manado itu memang pantas menjadi idola Jessica. Tak hanya karena prestasi, Butet juga dijadikan panutan dari segi gaya bermain.
Apalagi, Jessica merasa memiliki kesamaan dengan Butet sebagai tipe pemain yang mengandalkan skill. Dia juga kagum dengan gaya tenang, kemampuan membaca permainan, dan penampilan di depan net ala Butet.
“Visi itu pastinya sesuatu yang dapat kupelajari dan kugunakan dalam permainanku,” ujar Jessica.
Kontras dengan karir Jessica yang masih panjang, sang idola sudah memutuskan akan pensiun pada awal tahun depan.
Di akhir tahun ini, Butet dan Tontowi dijadwalkan mengikuti French Open 2018 yang memang diwajibkan bagi pemain Top 10 atau BWF World Tour Finals 2018.
Entah ada kesempatan bersua Butet kembali atau tidak, pertandingan di Denmark sudah menjadi kenangan tak terlupakan bagi Jessica.