Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Denmark Open 2018 : Saatnya Pebulutangkis Indonesia Bangkit?

Denmark Open 2018, turnamen BWF World Tour Super 750, mulai menggelar pertandingan perdana pada Selasa (16/10/2018) pagi waktu setempat.
Rizki Amelia Pradipta dan Della Destiara Haris saat Denmark Open 2017/Badminton Indonesia
Rizki Amelia Pradipta dan Della Destiara Haris saat Denmark Open 2017/Badminton Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Denmark Open 2018, turnamen BWF World Tour Super 750, mulai menggelar pertandingan perdana pada Selasa (16/10/2018) pagi waktu setempat.

Awalnya, Indonesia menyiapkan 16 wakil pada lima nomor yang dipertandingkan di Denmark Open 2018. Sayangnya, satu pasangan ganda putra dan ganda putri batal mengikuti turnamen sehingga skuad Merah Putih hanya diperkuat 14 kontestan.

Walaupun kontingen Indonesia hampir sama di kejuaraan level serupa, tetapi perjuangan untuk meraih juara di Denmark dipastikan akan berat. Ada faktor nonteknis yang seakan memperkecil peluang pebulu tangkis Indonesia merengkuh juara di negeri itu.

Sebagaimana tercantum dalam situs badmintondenmark.com, Denmark Open diadakan sejak 1936 kala masih bernama International Championships of Denmark. Data di situs resmi Asosiasi Bulu Tangkis Denmark itu menunjukkan tuan rumah paling digdaya mengoleksi gelar.

Dari 1936-2017, Denmark tercatat mengoleksi sebanyak 131 gelar. Selain itu, ada lima pemain Denmark yang meraih gelar nomor ganda kala berpasangan dengan atlet negara lain.

Kolektor terbanyak kedua sepanjang sejarah Denmark Open adalah China dengan 61 gelar. Di bawah Negeri Tirai Bambu adalah Inggris dengan 24 gelar. Sementara itu, sebanyak 21 gelar dikumpulkan oleh Indonesia sampai saat ini, masih kalah dari Jepang yang mengoleksi 22 gelar.

Ganda putra Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan tunggal putra Rudy Hartono mengoleksi tiga gelar juara, tunggal putri Susy Susanti dua kali kampiun, sedangkan pemain lain masing-masing satu titel juara.

Sejak 2000, Indonesia mengalami kemerosotan prestasi di Denmark mengingat baru empat kali merengkuh gelar juara sampai even tahun lalu. Bahkan, selama 2010-2017 tidak ada gelar yang berhasil dibawa pulang ke Tanah Air.

Tunggal putra Simon Santoso tercatat menjadi kampiun terakhir di Denmark pada 2009. Semenjak itu prestasi terbaik pemain-pemain Indonesia adalah sebagai runner up.

Bila dibandingkan dengan dua turnamen besar di Eropa lainnya—All England dan French Open—capaian prestasi paling lemah memang di Denmark. Pada kurun 2000-2017, Indonesia bisa membawa masing-masing delapan gelar dari All England dan French Open.

Pada tahun ini, Indonesia tetap berharap pada ganda putra Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon sebagai unggulan pertama turnamen. Kejutan juga diharapkan dari nomor tunggal putra, ganda campuran, dan ganda putri.

Apakah Denmark Open 2018 dapat mengakhiri paceklik selama satu windu ini? Atau apakah Denmark Open 2018 tetap menjadi ‘kuburan’ bagi pemain Indonesia?


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler