Bisnis.com, JAKARTA - Ni Made Arianti Putri sprinter Indonesia yang turun pada dua nomor lari 100 meter putri T13 dan 400 meter putri T13, dari dua nomor tersebut, ia berhasil menyumbangkan medali perak untuk Indonesia dalam ajang Asian Para Games.
Keringat yang mengalir deres terlihat di wajah Arianti, namun tidak terlihat wajah kelelahan Arianti, senyumnya pun tampak sumringah, medali perak yang ia raih seakan menjadi obat penghilang lelah atas semua usaha yang ia lakukan.
Arianti turun pada klasifikasi T13 untuk penyandang tunanetra, sedangkan T13 sendiri merupakan klasifikasi untuk penyandang tunanetra dengan pandangan low vision. Asian Para Games menjadi ajang perdananya pada pentas olahraga terbesar se-Asia, sebelumnya ia pernah mengikuti Asean Para Games 2017 lalu di Malaysia dan juga berhasil menyumbangkan medali.
Arianti mengalami keterbatasannya sejak ia kecil, saat itu ia mengaku tidak mengetahui apabila dirinya mempunya keterbatasan, sang guru lah yang pertama kali memberitahukan Arianti tentang keadaannya.
"Jadi saya waktu itu tuh saya marah, kenapa orang tua saya tidak pernah bilang kalau saya itu seorang tunanetra, justru guru saya yang mengatakan kalau saya tidak bisa melihat," ucap Arianti saat menuturkan kisahnya.
Arianti yang menempuh pendidikan di sekolah luar biasa baru menyadari bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang mengalami keterbatasan, hal itu membuatnya bangkit dan tidak larut dalam keterpurukan.
Baca Juga
Bakat berlarinya mulai ia kembangkan saat ia mengeyam bangku sekolah dasar, tepatnya pada tahun 2009, sejak saat itu Arianti mulai mengikuti perlombaan-perlombaan, mulai dari tingkat daerah, provinsi, hingga nasional.
"Dari sana saya disekolahkan di sekolah luar biasa, di sana saya menemukan jati diri saya, saya menemukan ternyata saya tidak sendiri, sekarang bisa berada disini (Asian Para Games) jadi surprise banget," ungkapnya dengan wajah penuh kegembiraan usai meraih medali perak di Asian Para Games 2018.
Ia selalu memegang prinsip yang selama ini mendorongnya untuk terus selalu berprestasi, sebagai penyandang disabilitas, semangatnya tidak pernah padam, keterbatasannya dalam melihat tidak menjadikan tembok penghalang untuk terus mengalungkan medali-medali.
Pelari kelahiran Bali 4 Februari 1996 ini juga mengajak teman-teman penyandang disabilitas untuk terus semangat, Arianti juga meyakinkan bahwa penyandang disabilitas juga mampu mengukir prestasi setinggi mungkin.
"Satu. Jangan pernah takut keluar dari zona nyaman. Yang kedua ga ada orang yang ga bisa, orang yang ga mau berusaha baru ada, Satu aja, jangan pernah takut untuk mencoba, kalian itu berguna, ga ada di dunia ini yang Tuhan ciptakan jelek, tidak ada yang Tuhan ciptakan gagal, semua Tuhan ciptakan semua ini mempunyai kelebihan masing-masing dan asahlah kelebihan itu pada satu titik itu aja," pesannya untuk seluruh rakyat Indonesia.