Bisnis.com, YOGYAKARTA – Hendra Basir, pelatih Timnas sports climbing Indonesia khusus nomor speed tidak pernah menyangka, jika keputusan PP FPTI untuk menggelar pemusatan latihan di sirkuit panjat tebing Mandala Krida, satu setengah tahun lalu akhirnya membawa tuah.
Tidak tanggung tanggung, tiga emas, dua perak dan satu perunggu di nomor speed baik perorangan maupun speed relay berhasil diborong anak didiknya di Asian Games 2018.
Di nomor speed perorangan putri, satu emas dan satu perak didapatkan Indonesia melalui Aries Susanti Rahayu dan Puji Lestari. Aries meraih emas dengan catatan waktu 7,16 detik, sedangkan Puji Lestari meraih perak setelah mencatatkan waktu 7,98 detik.
Sedangkan medali perunggu didapatkan oleh Aspar Jaelolo di nomor speed perorangan putra, setelah menang atas lawan senegaranya, Sabri di perebutan tempat ketiga.
Sementara di nomor speed relay putra dan putri, Indonesia berhasil menyabet dua emas dan satu perunggu. Emas di nomor speed relay putra didapatkan oleh M Hinayah, Rindi Sufriyanto, Abu Dzar Yulianto dan Veddriq Leonardo.
Keempat atlet yang tergabung dalam Indonesia 2 ini berhasil mengalahkan tim senegaranya Indonesia 1, yakni Aspar Jaelolo, Sabri, Pangeran Septo Wibowo, dan Alfian M Fajri. Atas hasil ini, tim Indonesia 1 diganjar medali perunggu.
"Capaian ini di atas target kami. Sejak semula kami memang ditarget hanya dua emas," terang Hendra.
Menurut Hendra, kesuksesan dari timnas sports climbing pada Asian Games kali ini tidak lepas dari kerja keras dan ketekunan selama berlatih. Selain itu, keberadaan sirkiuit panjat tebing yang selesai direnovasi pada 2016 lalu, ini juga memberi andil besar dan tuah untuk Timnas Indonesia sehingga mampu mengharumkan nama bangsa di ajang multievent tertinggi di Asia tersebut.
"Mandala Krida adalah basecamp kami. 1,5 tahun kami di sini, semua ditempa dan berlatih di Mandala Krida. Dan kami sangat menikmatinya," kata Hendra.
Hal sama juga diungkapkan oleh peraih dua emas untuk Indonesia, Aries Susanti Rahayu. Gadis asal Klambu, Grobogan, Jawa Tengah ini mengaku sudah familier dan tidak bisa melepaskan diri dari lokasi latihan yang satu setengah tahun digunakannya bersama dengan atlet lainnya. Untuk itu, dia berharap agar nantinya Pelatnas tetap dilanjutkan di lokasi yang sama.
"Kemungkinan pelatnas tetap di sini. Di Jogja," terangnya.
Hendra mengungkapkan, selain keberadaan sirkuit Mandala Krida yang dijadikan lokasi latihan sebelum Asian Games digelar, Kota Jogja juga cukup bersahabat untuk pelaksanaan pemusatan latihan. Sebab, disamping memiliki fasilitas yang cukup, lingkungan di Jogja sangat mendukung para atlet.
"Kami nyaman di sini. Dan semua sudah ketemu feelnya. Lagian Kota Jogja juga sangat mendukung lifestyle atlet. Karena selain latihan mereka juga butuh refresh menghilangkan kepenatan. Saat seperti itu, mereka bisa keliling Jogja," katanya.
Hendra menambahkan, usai berlaga di Asian Games 2018, pihaknya akan memberikan libur sepekan kepada 16 dari 20 atlet yang ada. Sebab, dua atlet putra dan dua atlet putri di nomor speed rencananya, harus menjalani latihan, sebab, mereka akan diikutkan ke dalam kejuaraan dunia panjat tebing di Austria, 6 September mendatang.
"Di kejuaraan tersebut kami akan turun di nomor speed. Sekarang visa sedang diselesaikan. Dan pekerjaan berat kami adalah mengembalikan kondisi kebugaran fisik mereka sebelum berangkat di kejuaraan tersebut," papar Hendra.
Tidak hanya kejuaraan dunia, capaian hasil di Asian Games kali ini, kata Hendra juga menjadi modal awal bagi timnas untuk menatap Olimpiade 2020. Meski di ajang multievent terakbar di dunia tersebut hanya akan dipertandingan dua nomor yakni kategori combine (perpaduan speed, lead dan bolder), namun Hendra yakin dengan sisa waktu yang ada, pihaknya mampu mencapai target lolos babak kualifikasi Olimpiade 2020 mendatang.
"Sekarang kami persiapkan semua untuk ikut kualifikasi olimpiade, November mendatang di Tulus, Prancis. Kami masih lemah di lead dan boldernya. Karena di Lead dan Bolder banyak atlet China, Korea dan Eropa yang lebih di atas kami, namun kami optimistis dengan sisa waktu yang ada kami masih bisa mencapainya," ucap Hendra.
Sementara atlet asal Sleman, Seto yang sempat diturunkan di nomor combine mengungkapkan, meski gagal meraih medali, namun dirinya banyak mendapatkan pelajaran berharga di debutnya membela Timnas di Asian Games 2018. Selain harus lebih meningkatkan intensitas latihan, di nomor baru tersebut dirinya memang sengaja disiapkan untuk menghadapi kejuaraan dunia dan olimpiade 2020 mendatang.
"Lawan kemarin memang berat, utamanya di lead dan bolder. Dan ini menjadi penyemangat saya untuk bisa meraih hasil terbaik nantinya," katanya.