Bisnis.com, JAKARTA – Atletik dipertandingkan di Asian Games 2018 mulai Sabtu (25/8/2018) termasuk nomor lari putra 100 meter. Salah satu andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, akan bertarung di nomor tersebut.
Zohri menjadi salah satu andalan untuk merebut medali di Asian Games kali ini. Itu tak lepas dari pencapaiannya yang luar biasa saat menjuarai nomor tersebut di Kejuaraan Dunia Atletik Junior di Tampere, Finlandia, pada 11 Juli lalu dengan menaklukkan lawan-lawannya termasuk dua pesaing terkuat dari Amerika Serikat yang sebelumnya dijagokan bakal jadi kampiun.
Sebulan sebelumnya, pemuda asal Lombok Utara, wilayah Nusa Tenggara Barat yang tengah diamuk gempa bumi bertubi-tubi, memberikan satu-satunya keping medali emas dalam Kejuaraan Atletik Asia U-20 2018 di Gifu, Jepang.
Namun, pertanyaannya, apakah memang layak masyarakat menuntut pemuda yang baru berusia 18 tahun itu untuk meraih medali, terutama emas?
Harapan tentu saja boleh diapungkan dengan disertai doa. Namun, di sisi lain, mari kita lihat fakta dan data apakah memang tuntutan begitu besar layak dibebankan kepada Zohri.
Di level senior, rekor nasional (rekornas) lari 100 meter masih tercatat atas nama Agung Suryo Wibowo dengan catatan 10,17 detik atau 0,01 detik lebih cepat dibandingkan dengan torehan Zohri di Finlandia. Agung membuat rekornas tersebut di Sea Games 2009 di Laos.
Sebenarnya, ada dua sprinter lagi yang catatannya lebih baik dari Agung yakni Yanis Raubaba dan Erwin Heru Susanto, keduanya mencatatkan hasil yang lebih cepat ketika bertanding di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Juni 2000.
Berdasarkan data International International Association of Athletics Federations (IAAF), Raubaba menorehkan hasil 10,13 detik, sedangkan Heru 10,16 detik. Namun, hasil keduanya tidak dicatatkan sebagai rekornas resmi karena kemudian muncul keraguan terhadap angka tersebut.
Kini di Asian Games 2018 Zohri akan dihadapkan kepada sprinter-sprinter senior di level Asia. Di mana posisi catatan waktu Zohri?
Berdasarkan data IAAF, ada sejumlah catatan waktu di level Asia yang lebih baik ketimbang pencapaian Zohri di Finlandia.
Catatan-catatan waktu ialah:
= 9,91 detik milik Su Bingtian (China) dibuat pada 22 Juni 2018 dan Femi Ogunude (Qatar), dibuat pada 7 Juni 2015;
= 9,97 detik (Xie Zhenye, China, 19 Juni 2018 dan Barfakat Al-Harthi, Oman, 9 Juli 2018);
= 10,03 detik (Abdullah Abkar Mohammed, Arab Saudi, 30 Juni 2018 dan Hassan Taftian, Iran, 30 Juni 2018)
= 10,05 detik (Ryota Yamaga, Jepang, 23 Juni 2018)
= 10,10 detik (Kiryu Yoshide, Jepang, 18 Juli 2018)
= 10,11 detik (Yang Chun-han, China Taipei, 15 Juni 2018)
= 10,14 (Aska Cambridge, Jepang, 23 Juni 2018)
= 10,17 detik (Yuki Koike, Jepang, 23 Juni 2018 dan Suryo Agung Wibowo, Indonesia, 13 Desember 2009)
Dengan melihat deretan data di atas, masyarakat luas mesti berbesar hati apabila Zohri pada akhirnya gagal meraih medali. Sebagian besar dari nama para sprinter di atas juga akan bertarung di Asian Games.
Jelas bahwa Zohri adalah harapan Indonesia, tapi itu lebih diperuntukkan pada masa mendatang. Perbaikan catatan 0,01 detik di nomor lari 100 meter bukan hal mudah. Itu proses evolusi yang bisa memakan waktu hitungan tahun.
Maknanya ialah jika Zohri bisa memperbaiki catatannya 0,01 detik saja di Asian Games kali ini, dia masih sangat jauh untuk meraih medali perunggu sekalipun.
Oleh sebab itu, yang terbaik ialah kita mendoakan Zohri agar dia bisa meraih medali, tapi harus berbesar hati dan tidak kecewa jika anak muda itu gagal.
Satu hal tambahan yang mesti diingat, tetap mampu berkonsentrasi bertarung di Jakarta demi nama bangsa di Asian Games saja sudah luar biasa di tengah kondisi gempa bumi yang bertalu-talu menghantam daerah asalnya, Lombok Utara.
Selamat bertarung Zohri, fokus berlari sekencang mungkin saja, jangan risaukan medali.