Tidak sedikit atlet Indonesia yang berhasil mendulang kemenangan di ajang olahraga internasional dan mengharumkan nama bangsa. Bukan hanya kebanggaan, para atlet tersebut juga mendapatkan berbagai hadiah yang jumlahnya tidak sedikit.
Namun, menjadi atlet pasti tidak sepanjang masa, ada waktunya ketika sudah tidak produktif dan harus pensiun. Banyak yang berhasil melewatinya, namun ada juga yang kehidupannya biasa saja, bahkan terbilang sulit.
Sadar akan masa depan yang kadang tak pasti, atlet renang Triady Fauzi Sidiq atau yang biasa disapa Aji, mulai membuka usaha clothing brand. Padahal, pria kelahiran 29 September 1991 ini masih aktif dan telah diangkat menjadi abdi negara alias PNS.
“Karena saya juga sadar tidak selamanya saya jadi atlet, ya, mungkin umur berapa sudah berhenti menjadi atlet,” kata Aji yang tengah berada di Amerika Serikat dalam rangka pemusatan latihan menjelang Asian Games 2018.
Aji yang lulus Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan pada 2015 ini adalah penyumbang medali emas SEA Games Malaysia 2017 di nomor 200 meter gaya ganti. Ia juga mencatatkan rekor baru pada nomor tersebut. Atas perstasi gemilangnya, selain hadiah uang, ia pun diangkat jadi pegawai negeri sipil (PNS).
Kejatuhan rezeki nomplok memang sering jadi cerita bagi atlet yang tengah di puncak prestasinya, bahkan menjadi pintu meningkatkan derajat ekonomi keluarga.
Baca Juga
Lalu Muhammad Zohri, Kaya dalam Sekejap?
Hanya dalam beberapa minggu setelah berhasil menyabet medali emas dalam lomba lari 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik U-20, Lalu Muhammad Zohri melejit dari seorang warga miskin dari Nusa Tenggara Barat jadi jutawan.
Berikut ini perhitungan jumlah kekayaan yang dimiliki oleh Lalu dari berbagai hadiah yang diberikan oleh banyak kalangan, baik dari pemerintah pusat/ pemerintah daerah/ organisasi/ perorangan, serta baik yang berbentuk uang ataupun barang/ jasa dan aset.
No | Hadiah dari Lembaga/ Perorangan | Jumlah | |
1 | Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) | Rp250 juta | |
2 | Pemerintah Daerah NTB | Polis Rp100 juta, modal usaha Rp100 juta, total Rp200 juta | |
3 | Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) | Hadiah rumah seharga Rp750 juta | |
4 | Metro TV | Rp100 juta | |
5 | Hotman Paris | Rp100 juta | |
6 | Pegadaian | 1 kilogram emas (jika harga emas Rp500.000/ gram maka setara dengan Rp500 juta) | |
7 | Aksi Cepat Tanggap (ACT) | Uang tunai Rp25 juta dan aset minimarket Sodaqo Rp300 juta, total Rp325 juta | |
Total : Rp2,23 Miliar | |||
Hadiah-hadiah Lainnya
| |||
8 | Ustadz Adi Hidayat | Gratis umroh bersama keluarga | |
9 | Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia | Rumah siap huni | |
10 | Pemkab Lombok Utara | Lapangan Atletik | |
11 | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) | Renovasi rumah | |
12 | Kementerian Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi | Tawaran menjadi PNS | |
13 | TNI AD | Tawaran menjadi TNI | |
14 | Perbanas Institute | Beasiswa Pendidikan | |
15 | Kemenpora | Beasiswa Pendidikan | |
Akhsan: Kebijakan Bisa Berubah Jika Ganti Rezim
Atlet bulu tangkis Mohammad Akhsan mengakui bahwa perhatian pemerintah saat ini mulai membaik. Juara kompetisi internasional yang mendapat medali emas minimal di ajang SEA Games dijanjikan berstatus PNS.
“Mungkin di pemerintah sekarang diberlakukan seperti ini, bisa jadi pergantian pemerintah atau pergantian Menpora kebijakannya bisa berubah lagi karena tidak ada aturan baku,” katanya.
Ganda putra yang berpasangan dengan Hendra Setiawan ini adalah peraih 3 emas di SEA Games, 1 emas di Asian Games, 2 emas di kejuaraan dunia BWF, dan deretan prestasi lainnya.
Pengorbanan seorang atlet untuk jadi jawara memang tak kecil. Rata-rata sudah memulai pola latihan penuh disiplin sejak belia. Menurut Sobronto Laras, pengurus Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PB Pelti), untuk tenis minimal 8-10 tahun baru bisa menjadi pemain tenis andal.
Bukan hanya waktu, dukungan dana dan sarana menjadi persoalan yang tak bisa dipecahkan sendiri oleh klub, asosiasi, juga atlet. Dampaknya, Sobronto mengakui, untuk tenis saat ini hampir tidak ada lagi atlet yang andal karena tidak mudah membinanya.
“Tenis juga olahraga yang mahal, nggak gampang itu. Bekas pemain nasional dulu itu akhirnya bisa hidup juga karena bikin sekolah tenis dan itu mahal,” ujar pria yang aktif dalam pembinaan dan sponsor kepada para atlet ini.
Selain memang perlu atensi pemerintah, atlet juga harus sadar tantangan berat selepas masa jayanya berakhir. Oleh karena itu, para atlet seharusnya dapat memanfaatkan masa kejayaannya dengan berinvestasi sehingga ketika sudah pensiun dapat tetap hidup dengan layak.
Atlet Perlu Dukungan Setelah Pensiun
Menteri Pemuda dan Olahraga ( Menpora) RI Imam Nahrawi menjanjikan bonus Rp1,5 miliar bagi peraih medali di ajang Asian Games 2018. Nilai bonus yang dijanjikan ini adalah yang terbesar sepanjang masa.
Dengan uang Rp1,5 miliar, atlet bisa lebih termotivasi untuk meraih emas. Namun, jika kelak pensiun, apakah dana itu masih tersisa, berkembang, atau justru sudah tidak membekas? Oleh karena itu, persiapan masa pensiun atlet adalah hal mutlak.
Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI), mengatakan olahraga bisa menjadi pilihan hidup untuk masyarakat Indonesia yang ingin berkarier sebagai atlet. Dukungan kepada atlet bukan hanya selama mereka berjaya, tapi juga persiapan selepas dari karier atlet.
Namun, selama yang bersangkutan masih jadi atlet, ia menyarankan untuk fokus pada prestasi dan jangan sampai terganggu oleh pemberitaan yang berlebihan setelah mencapai satu kemenangan.