Bisnis.com, JAKARTA - Jelena Ostapenko, petenis Latvia non-unggulan, memuncaki perjalanan impian di single putri Grand Slam Prancis Terbuka di Roland Garros di Paris dengan tampil sebagai juara setelah di final menundukkan unggulan ketiga Simona Halep.
Tidak mudah bagi Ostapenko untuk meraih gelar. Dia kehilangan set pertama dalam pertandingan yang berakhir pada Minggu dini hari WIB (11/6/2017), kalah 4-6. Namun, petenis yang baru berusia 20 tahun itu bangkit pada dua set berikutnya—meski juga sempat tertinggal lagi—dengan kemenangan 6-4 6-3.
Ostapenko merupakan petenis pertama yang memenangi trofi Suzanne Lenglen—piala untuk single putri Prancis Terbuka—sejak 1933 dan dia menjejaki langkah petenis putra Gustavo Kuerten yang merengkuh gelar pertamanya di Paris dengan status non-unggulan pada 1997, tahun saat Ostapenko lahir.
Dalam perjalanannya hingga panggung juara, Ostapenko menaklukkan sejumnlah petenis unggulan yakni unggulan 16 Samantha Stosur di 16 besar, unggulan 11 Caroline Wozniacki di perempat final, dan unggulan 30 Timea Bacsinszky di semifinal.
“Saya merasa seperti penonton pada beberapa waktu saat pertandingan,” kata Halep, yang sempat di ambang kemenangan ketika memimpin 4-0 pada set kedua dan unggul lagi 3-1 pada set ketiga.
"Dia hanya memiliki satu pertandingan, saya tidak bisa menyentuhnya atau terbang sejauh satu meter," ungkap petenis Rumania berusia 25 tahun itu selepas pertandingan.
Baca Juga
“Saya tidak percaya bisa juara pada usia 20 tahun,” ungkap Ostapenko, petenis single putri pertama sejak Jennifer Capriati pada 2001 yang kalah di set pertama final Paris Terbuka, namun akhirnya berbalik tampil sebagai juara.
"Saya tahu Gustavo Kuerten memenangi Roland Garros pertamanya pada hari kelahiran saya, saya tidak memiliki kata-kata untuk itu. Ada beberapa permainan saat semuanya berjalan sesuai dengan keinginan saya dan saya bertarung untuk setiap poin," lanjutnya.
