Bisnis.com, JAKARTA - Perenang Amerika Serikat Michael Phelps mendesak parlemen negaranya untuk mendorong reformasi menyeluruh pada upaya anti-doping dalam olahraga setelah dia menyatakan tidak yakin telah bersaing dengan atlet yang bersih.
Bersaksi di hadapan Komisi Energi dan Keuangan Parlemen AS, olimpian dengan penghargaan terbanyak itu menyatakan kekesalannya pada kurangnya kemajuan dalam perang menghadapi penggunaan doping dalam olahraga.
"Aku tidak memercayai telah berada dalam lapangan kompetisi antarbangsa dan sisanya yang bersih. Aku tidak yakin telah merasakan seperti itu. Aku tahu saat berjuang di AS. Aku tahu kita semua bersih, karena kita mengalami hal yang sama," kata Phelps yang telah mendulang banyak medali, termasuk 23 emas.
"Sepanjang karier saya, beberapa atlet berlaku curang dan dalam beberapa kasus kecurigaan itu terkonfirmasi. Mengingat semua pengujian telah saya dan yang lainnya jalani, saya memiliki waktu yang sulit untuk memahami ini," ujarnya pada Rabu WIB (1/3/2017).
Phelps bergabung dalam persidangan mengenai kasus besar yang terjadi dalam Olimpiade Athena di mana atlet tolak peluru Adam Nelson menunggu 9 tahun—saat telah pensiun—untuk menerima medali emasnya setelah kemenangan atlet Ukraina Yuri Belonong dibatalkan menyusul kegagalan tes obat-obatan.
Nelson menyampaikan catatan emosional ketika dia mengingat kembali hari di mana dia menerima medali emasnya ketika di pujasera Atlanta Airport dari pejabat Komite Olimpiade AS yang berada di sana untuk mengganti pesawat.
"Medali itu datang di samping kentang goreng dan mainan gratis. Jangan khawatirkan itu. Ini 9 tahun setelah peristiwa tersebut berlalu," ujar Nelson bergurau.
"Warna dan waktu adalah permasalahan medali. Perak tidak memiliki nilai yang sama dan emas kehilangan sinarnya dari waktu ke waktu," lanjut Nelson.
Kepala Eksekutif Badan Anti Doping AS Travis Tygart, yang menyerukan hukuman lebih kuat pada atlet-atlet Rusia setelah pemerikasaan mengungkapkan bukti program doping yang didukung negara, telah digunakan sebagai panggung untuk sekali lagi meledakan IOC yang menolak untuk bersikap keras pada para pecandu.
Mengabaikan seruan untuk melarang Rusia ikut serta dalam Olimpiade Rio de Janeiro, IOC menyerahkan permasalahan ini pada federasi internasional setiap cabang olahraga untuk menentukan apakah atlet Rusia diperbolehkan berkompetisi atau tidak.
"Setidaknya dua Olimpiade telah dirusak dan di Rio pada Agustus lalu, puluhan atlet Rusia diizinkan untuk berkompetisi tanpa langkah-langkah anti-doping yang kredibel," kata Tygart.
"Ketika saat itu tiba, walaupun bukti menggunung dan penolakan keras dari pemimpin-pemimpin anti doping serta atlet bersih dari seluruh dunia, IOC memilih untuk menerima Komite Olimpiade Rusia ke Rio," ucapnya.
Presiden IOC Thomas Bach menolak undangan untuk menghadiri sidang tersebut.
Pemerintah AS menyediakan dana untuk Badan Anti-Doping Dunia (WADA) dan parlemen AS dimungkinkan membuat rekomendasi pada kenaikan pendanaan yang mungkin mereka rasa diperlukan untuk memperbaiki sistem saat ini.