Bisnis.com, JAKARTA - Center klub NBA Amerika Serikat New Orleans Pelicans Alexis Ajinca yang berasal dari Prancis mengaku sulit berkonsentrasi dalam pertandingan bola basket.
Pasalnya, dia khawatir dengan keselamatan keluarganya dari aksi teror mematikan di Paris terlebih saudara sepupunya yang menggemari pertandingan sepak bola, di mana Stade de France menerima serangan tiga bom bunuh diri dalam laga persahabatan Prancis melawan Jerman.
Ajinca baru memperoleh konfirmasi seluruh keluarganya selamat setelah Pelicans takluk 81-100 di kandang Toronto Raptors.
"Ini dunia yang gila. Saat anda pikir anda selamat, kemudian keluar di jalanan tiba-tiba seseorang mengeluarkan tembakan membabi buta. Doaku untuk seluruh keluarga dan teman-temanku di sana," kata Ajinca.
Ajinca juga menuliskan "Pray for Paris" di sepatu yang dikenakannya ketika bertanding sambil meminta para pengikut akun Twitternya untuk "berdoa untuk keluarga dan teman-temanku" sebelum melantai.
"Sepanjang pertandingan saya berusaha untuk mengeluarkan (kekhawatiran) ini dari pikiran supaya bisa tetap fokus. Aneh rasanya. Saya memikirkan itu sepanjang laga," kata Ajinca yang mengemas 10 poin dan sembilan rebounds dalam kekalahan tersebut.
Lebih dari 24 jam telah berlalu, namun lukanya masih terasa sembilu.
Hal itu juga dirasakan center Indiana Pacers Ian Mahinmi yang menyampaikan belasungkawanya lewat akun Twitter pada Jumat (13/11) malam waktu AS, kemudian mengunggah pernyataan panjang sehari berselang sebagai ucapan terima kasih kepada rekan-rekan dan para penggemar untuk dukungan yang ia terima.
Namun pebasket yang sempat membela timnas Prancis pada 2014 itu dalam bahasa ibunya bercuit bahwa dirinya masih kaget atas apa yang terjadi di tanah airnya.
"Meskipun saya lega keluarga dan teman-teman saya di wilayah itu selamat, saya merasakan penderitaan yang mendera negaraku dan mereka yang terdampak peristiwa mengerikan ini," tulis Mahinmi dalam pernyataan yang dirilis laman resmi Pacers.
"Hal itu sungguh menyakitkan sekaligus menjijikan bahwa ada sebagian kecil orang yang tidak menghormati nyawa manusia, bukan hanya saat ini saja tapi dalam keseharian kita," ujarnya menambahkan.
Dia juga mengaku bahwa laga yang dijalaninya bersama Pacers melawan Minnesota Timberwolves pada Jumat (13/11) malam waktu setempat sulit untuk dijalani.
Mahinmi bukan satu-satunya pebasket NBA yang memiliki ikatan dengan Prancis dan berjuang melawan emosi yang mendera.
Di Chicago, pebasket Charlotte Hornets Nicolas Batum dan punggawa Chicago Bulls Joakim Noah sempat berbagi kabar baik tentang keluarga satu sama lain sebelum laga dimulai.
Batum pernah bermain untuk timnas Prancis pada Olimpiade 2012, sementara ayah Noah merupakan mantan bintang tenis Prancis Yannick Noah.
"Ini masih hari yang berat bagi kami. Saya memikirkan itu sepanjang laga. Saya ingin memainkan laga yang baik untuk memperlihatkan bahwa kami kuat dengan cara saya sendiri," kata Batum usai timnya dikalahkan Bulls 97-102.
Batum mengaku dirinya terus berkutat dengan teleponnya selama mungkin sebeum laga dimulai demi memastikan keberadaan keluarganya, mengingat dirinya memiliki seorang saudara perempuan yang tinggal di dekat salah satu lokasi penyerangan.
"Saya berbicara dengan saudara perempuan dan teman-teman saya, semuanya baik-baik saja. Mereka kaget. Mereka bilang di jalanan Paris seperti suasana perang. Semua orang di jalanan. Para polisi di jalanan. Tentara di jalanan," kata Batum.
Noah yang sempat menetap di Paris selama 1988-1998 itu juga sempat menelpon keluarganya demi memastikan keselamatan mereka. "Banyak orang terbunuh tanpa alasan yang jelas."