Bisnis.com, -JAKARTA - Indonesia dan Denmark termasuk negara besar dalam sejarah bulu tangkis. Hingga kini, pemain kedua negara masih mendominasi olahraga raket itu, tentu saja selain kekuatan tradisional lain seperti China dan Korea Selatan.
Namun, ada yang fakta ironis dengan Indonesia dan Denmark. Para pebulu tangkis dua negara itu sering juara di negara orang, tetapi tampil melempem di negeri sendiri.
Contoh paling anyar adalah pada kejuaraan Denmark Terbuka 2015 yang saat ini masih berlangsung. Pada laga final yang digelar pada Minggu (18/10/2015), tuan rumah tidak mengirimkan satu pemain pun.
Pada semifinal hari ini, jago-jago tuan rumah bertumbangan. Padahal, ada tiga wakil Denmark di tiga nomor babak empat besar.
Kekalahan pertama didapat tunggal putra Viktor Axelsen. Pemain muda yang sempat digadang-gadang sebagai penerus legenda Peter Gade ini takluk dari unggulan pertama, Chen Long. Axelsen kalah dengan skor 15-21 21-17 21-16.
Penderitaan Denmark berlanjut. Giliran ganda putra Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen kandas dari Ko Sung Hyun/Kim Hana. Padahal peringkat Joachim/ Christinna lebih tinggi dibandingkan ganda Korea Selatan itu.
Asa terakhir tuan rumah berada di pundak ganda putra Mathias Boe/Carsten Mogensen. Namun, entah karena beban berat, ganda senior ini malah takluk dari pemain nonunggulan asal China Liu Cheng/Lu Kai, 22-20 11-21 21-17.
Hasil buruk ini mengulangi Denmark Terbuka 2014. Tahun lalu, China berhasil menyapu bersih seluruh gelar di turnamen level super series premier tersebut.
INDONESIA SAMA
Nasib Indonesia serupa Denmark. Dalam dua penyelenggaraan terakhir Indonesia Terbuka, tuan rumah gagal memenangkan satu gelar pun. Tahun ini, Indonesia hanya mendapat runner up lewat ganda putri Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii.
Meloloskan satu wakil di babak final mengulangi catatan Indonesia Terbuka 2014. Saat itu, ganda putra terbaik dunia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dihempaskan musuh bebuyutan, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seon.
Namun, ketika di kandang sendiri belepotan, pemain-pemain Indonesia cukup tampil apik di negeri orang. Setidaknya, di Denmark Terbuka 2015, Indonesia bisa mengirim dua wakil di final.
Minggu besok, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan tunggal putra Tommy Sugiarto akan berjibaku memperebutkan gelar juara. Peluang Tontowi/Liliyana tentu paling besar karena tidak ada duo pasangan maut China yang jadi momok ganda campuran terbaik Indonesia itu.
Pasangan yang akrab disapa Owi/Butet tersebut “hanya” menghadapi ganda Korea Selatan Ko Sung Hyun/Kim Hana. Dari segi peringkat maupun rekor pertemuan, Owi/Butet unggul. Keduanya bertemu sebanyak lima kali dengan keunggulan jago Indonesia (tiga kali menang).
Namun, tentu saja mereka harus tetap waspada. Pada pertemuan terakhir di Jepang Terbuka bulan lalu, Ko Sung Hyun/Kim Hana menjadi pemenang. Apalagi, grafik permainan Owi/Butet sepanjang tahun ini tidak semanis tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, Tommy Sugiarto akan berhadapan dengan unggulan pertama Chen Long. Rekor pertemuan memang memihak Chen Long (tujuh menang sekali kalah). Namun, Tommy yang dalam turnaman kali ini datang sebagai pemain nonunggulan bisa tampil tanpa beban dan membalikkan data statistik.
Apalagi, Tommy tentu ingin tampil di Olimpiade tahun depan sehingga gelar juara akan mendongkrak koleksi poin untuk berlaga di even bergengsi itu.
Semoga tahun ini Merah Putih bisa berkibar di Denmark!