Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Kunci Atlet Raup Emas di Asian Games 2018

Seseorang tidak mungkin bisa menjadi juara dunia kalau tidak ada bakat. Ada bakat tanpa kemauan keras juga akan sulit. Ada kemauan keras tetapi tidak ada kesempatan untuk dilatih dan berlatih maka nggak bisa juara. Orang sudah dilatih tapi tidak diberi kesempatan untuk bertanding, nggak mungkin menjadi atlet dunia
Atlet panjat tebing Indonesia Aspar Jaelolo saat merebut medali emas Asian Games 2018./Antara
Atlet panjat tebing Indonesia Aspar Jaelolo saat merebut medali emas Asian Games 2018./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - “Seseorang tidak mungkin bisa menjadi juara dunia kalau tidak ada bakat. Ada bakat tanpa kemauan keras juga akan sulit. Ada kemauan keras tetapi tidak ada kesempatan untuk dilatih dan berlatih maka nggak bisa juara. Orang sudah dilatih tapi tidak diberi kesempatan untuk bertanding, nggak mungkin menjadi atlet dunia.”

Kalimat itu meluncur dari Ketua Umum PP Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Wiranto beberapa waktu lalu sebagai respons atas prestasi atlet di ajang di Asian Games 2018.

Prestasi para atlet Indonesia sendiri sangat moncer. Di perhelatan olahraga akbar se-Asia ke-18 itu, Indonesia berada di peringkat 4, jauh dari Asian Games sebelumnya (2014) yang di posisi ke-17. Pencapaian ini sekaligus melebihi target pemerintah yang mematok Indonesia berada di posisi 10 besar dengan perolehan 16 medali emas.

Di balik capaian ersebut, tentu ada jerih payah yang dilakukan dalam mempersiapkan para talenta olahraga yang berlaga di medan pertandingan. Pembinaan yang terstruktur dengan baik terbayar manakala atlet meraih prestasi tertingginya.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susi Susanti mengamini kata-kata Wiranto itu. Menurutnya, bakat, kemauan, kerja keras, disiplin, dan juga kesempatan itu harus dimiliki, dan semuanya saling bersangkutan.

Diakuinya, pembinaan di PBSI saat ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. “Kalau sebelumnya mungkin kita kurang cepat untuk proses regenerasi naik dan hanya terfokus pada atlet-atlet yang utama saja, saat ini pembinaan di bulutangkis di pelatnas terbagi dua, ada pelatnas utama dan ada pelatnas pratama.”

Di sinilah PBSI menyiapkan atlet tidak hanya untuk jangka pendek, tapi juga jangka menengah dan jangka panjang. Para pemain yang direkrut saat ini disiapkan untuk 4—6 tahun ke depan. Sementara itu, para atlet senior yang sudah di atas dan berprestasi dipertahankan untuk memaksimalkan kemampuan mereka.

Di mata pebulutangkis Marcus Fernaldi Gideon, Pelatnas saat ini sudah cukup baik. Apalagi beberapa tahun terakhir ini ada ketentuan bahwa soal kontrak sponsor ke pemain yang lebih longgar.

Menurut Gideon, sekarang kita bisa bernegosiasi sendiri dengan brand yang akan menjadi sponsor dan tahu harga kontraknya, tidak lagi lewat PBSI. Selain itu, repons pemerintah yang cepat dalam memberikan bonus juga jadi motivasi buat talenta muda lain.

“Bonus itu penting, semua orang kan mau. Pemain bulu tangkis rela sekolahnya diganggu, terus kalau ke depannya enggak dapat hadiah kan mau makan apa,” ujar pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo di ganda putra ini.

Namun soal pembinaan, Gideon tetap yakin bahwa fasilitas yang disediakan pemerintah bisa jadi kunci regenerasi. Fasilitas olahraga seperti Istora Senayan Bung Karno perlu dibangun di kota-kota di luar Jakarta agar benih-benih daerah bisa muncul.

Selain bulu tangkis, salah satu prestasi membanggakan diraih oleh para atlet balap sepeda. Mereka berhasil menyabet 2 medali emas, 1 medali perak, dan 2 medali perunggu.

Perawatan Paliatif Tumbuhkan Harapan Penderita Kanker

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari mengatakan bahwa pembinaan yang dilakukan terhadap para atlet memang dirancang dan dilakukan secara terencana.

“Kalau yang sekarang, by design dan menggunakan referensinya itu dari silabusnya yang umum, yakni Union Cycliste International/ UCI. Dalam sistem pelatihan, tantangan itu ada dua, yaitu metode ilmiah dan empiris,” tutur Raja Sapta.

Dengan pendekatan yang lebih ilmiah, lanjutnya, peltih bisa tahu perkembangan atlet secara bertahap dan diarahkan seberapa besar kemampuannya bisa ditingkatkan. Alhasil, apa yang dicapai atlet dalam satu ajang kejuaraan bisa terukur dengan jelas.

Selepas dari podium juara, sang atlet pun akan dievaluasi, dan bergulir lagi proses latihan. “Kita melihat ukuran keberhasilan di Asian Games, akan jadi modal dan referensi kita untuk dijadikan bahan untuk masuk ke fase awal lagi, yakni fase perencanaan.” Begitu seterusnya.

Diakui Raja Sapta, tantangan terbesar ISSI saat ini adalah rekrutmen. Untungnya, kehadiran fasilitas trek downhill, BMX, dan lain-lain membuat proses pencarian bibit-bibit baru jadi lebih mudah.

Proses rekrutmen dilakukan dengan menyiapkan tim pembinaan usia dini yang masuk ke sekolah-sekolah menengah maupun dengan melihat hasil dari sejumlah kejuaraan balap sepeda di daerah dan komunitas. Selain Asian Games, para atlet hasil tempaan ini akan menghadapi Asian Champions Cup, World Cup, World Champion Cup, hingga Olimpiade.

Ini Kunci Atlet Raup Emas di Asian Games 2018

TETAP FOKUS

Meski prestasi tinggi sudah diraih di Asian Games, pengamat olahraga Erwin Fitriansyah mengatakan Indonesia harus tetap menaruh perhatian terhadap pembinaan. Pasalnya, medali yang didapatkan pada Asian Games kali ini cukup banyak yang berada di luar Olimpiade atau belum dipertandingkan di Olimpiade.

Dari 31 medali emas, 19 di antaranya berasal dari cabang olahraga non-olimpiade, dan 16 dari 19 medali emas itu dipetik Indonesia dari cabor non-olimpiade yang baru dipertandingkan di Asian Games 2018.

“Jadi kita harus tetap fokus ke cabang-cabang yang memang akan dipertandingkan pada Olimpiade seperti renang, atletik, menembak, senam, bulutangkis, dan lainnya. Sebab cabang-cabang itu tidak mungkin hilang di Asian Games,” ujar Managing Editor Bola.com itu.

Dia menyarankan untuk fokus ke cabang yang memang kita kuat, seperti badminton, angkat besi, atau speed climbing yang menjadi cabang baru di Olimpiade Tokyo. Fokus ini akan membuat Indonesia lebih berpotensi mendulang emas di Olimpiade atau Asian Games 2022.

Sumbangan 14 emas di Asian Games lalu, menurutnya hasil langkah jeli Indonesia sebagai tuan rumah yang berhak untuk mengajukan cabang yang akan dipertandingkan.

“Itu salah satu faktor kunci, pencak silat dapat 14 emas itu cabang baru. Paralayang dapat 2 emas, climbing juga dapat 3 emas, jetski juga itu baru dipertandingkan 2018 kita dapat 1 emas.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler