Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sutjiati Narendra, Atlet Senam Ritmik yang Diminta Jokowi Pulang tapi Dipersulit Ikut Sea Games

Atlet senam ritmik asal Indonesia, Sutjiati Narendra, mencurahkan isi hatinya tentang kesulitan yang ia alami untuk mengembangkan bakat sebagai olahragawan.
Atlet senam ritmik Indonesia, Sutjiati Narendra / Instagram
Atlet senam ritmik Indonesia, Sutjiati Narendra / Instagram

Bisnis.com, JAKARTA - Atlet senam ritmik asal Indonesia, Sutjiati Narendra, mencurahkan isi hatinya tentang kesulitan yang ia alami untuk mengembangkan bakat sebagai olahragawan.

Sutjiati Narendra merupakan perempuan 18 tahun yang punya darah Amerika-Indonesia dari orang tuanya.

Sutjiati Narendra lahir dan tinggal di New York, Amerika Serikat. Sejak usia 8 tahun, Sutjiati Narendra sudah aktif berlatih senam ritmik.

Sutjiati Narendra bahkan sempat terpilih menjadi pasukan elite senam ritmik di Amerika Serikat. Namun, situasi berubah pada 2018.

Presiden Joko Widodo meminta Sutji dan anak muda yang memiliki kewarganegaraan ganda di luar negeri untuk pulang dan membangun Indonesia.

Sutji dan keluarga akhirnya pulang ke Lampung, kampung halaman ayahnya, dengan harapan bisa membangun Indonesia lewat jalur olahraga.

Namun malang justru dirasakan Sutji. Kariernya sebagai pesenam ritmik justru seolah dikebiri setelah datang ke Indonesia.

"Di negara Indonesia tercinta ini, kami para atlet tidak memiliki kesempatan cukup bersaing di kancah internasional," kata Sutjiati Narendra, dalam surat yang ia unggah di akun Instagram pribadinya.

Kekurangan jam terbang diakui Sutji bakal menghambat kariernya sebagai atlet profesional.

Apalagi, usianya kini baru menginjak 18 tahun dan masih punya banyak ruang untuk terus berkembang.

Sutji mengatakan, kurangnya dana dari pemerintah membuat atlet kurang mendapat perhatian. Lebih-lebih dari cabang olahraga non-favorit seperti yang digeluti Sutji.

"Karena dikatakan kami belum cukup berprestasi. Dikombinasikan dengan masalah pendanaan, kurangnya struktur organisasi yang efisien, dan minimnya perencanaan yang efektif, oleh karena itu kita memiliki banyak atlet yang telah menjadi korban dari sistem yang tidak maksimal ini," ujar Sutji.

Sutji meraih dua medali emas dan satu perak di ajang PON XX Papua 2020. Berkat prestasinya itu, Sutji diiming-imingi bakal tampil di Olimpiade.

Namun alih-alih diberangkatkan pemerintah, Sutji diminta untuk mencari sponsor guna membiayai di ajang multievent tersebut.

Kekecewaan lain bagi Sutji terjadi jelang Sea Games 2021 di Vietnam. Sutji yang mengaku berlatih enam hari seminggu, antusias untuk mengikuti gelaran itu.

"Tetapi dua bulan sebelum kejuaraan ini saya diberi tahu bahwa saya tidak diberangkatkan, meskipun saya dan pelatih saya siap untuk membayar dari kantong kami sendiri," ucapnya.

Dari rentetan kejadian kurang menyenangkan ini, Sutji menilai perlu adanya rekonstruksi dalam sistem organisasi olahraga di Indonesia.

"Jika kita ingin mencetak atlet elite sekelas internasional, program jangka panjang harus jadi prioritas," ucap Sutji.

"Pesaing saya di seluruh dunia bersaing minimal 15 kompetisi setiap tahun. Di Indonesia kami hanya memiliki satu kompetisi nasional (Kejurnas) yang bahkan kadang tidak berlangsung setiap tahun," tutur dia.

Sutji juga pesimistis bahwa kariernya sebagai atlet senam ritmik akan meningkat di Indonesia. Bahkan, dia menyebut waktunya sebagai olahragawan hampir habis jika situasinya masih seperti ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper