Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petenis Top Jepang Nishikori & Osaka Berharap Olimpiade Tokyo Ditunda

Dua petenis kondang Jepang, Naomi Osaka dan Kei Nishikori, berpendapat Olimpiade Tokyo sebaiknya ditunda seiring dengan meningkatnya pandemi Covid-19 di Jepang dan rendahnya peresentase warga yanhg telah divaksin di negara tersebut.
Petenis Jepang Kei Nishikori/Reuters
Petenis Jepang Kei Nishikori/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Sepasang petenis kondang berpaspor Jepang yang bermukim di Amerika Serikat, Kei Nishikori dan Naomi Osaka, menilai pelaksanaan Olimpiade Tokyo masih berisiko karena pandemi Covid-19 yang belum terkendali di negara itu.

Nishikori, yang bertempat tinggal di Bradenton, Florida, berpendapat panitia pelaksana dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) masih punya waktu untuk mempertimbangkan pelaksanaan ajang tersebut, mengingat ada potensi besar penularan di kampung atlet apabila pranata pencegahan belum memadai.

"Ini tidak hanya soal 100 orang di turnamen, tapi mencakup 10.000 orang di kampung atlet. Ini tidak akan mudah, terutama dengan apa yang sedang dihadapi Jepang yang tidak dalam arah baik," kata Nishikori, petenis putra Jepang berperingkat tertinggi itu.

Jepang menaikkan status darurat di Tokyo dan tiga wilayah lainnya hingga akhir Mei, menimbulkan pertanyaan apakah Olimpiade harus tetap dilangsungkan. Apalagi, tingkat vaksinasi Jepang menjadi yang terendah di antara negara-negara maju lainnya.

Sementara itu, Osaka, yang bermukim di Beverly Hills, California, sebenarnya sangat menantikan pelaksanaan Olimpiade di negaranya, tetapi dia mengaku tidak mau egois dan ikut mempertanyakan keberlangsungan acara ini di tengah pandemi corona.

Petenis putri peringkat dua dunia itu menilai pembahasan yang terlalu lama pada penyelenggara hanya membuat kecemasan yang tak kunjung selesai, membuat tamu dan warga Jepang tidak nyaman.

"Tentu saya ingin Olimpiade digelar, tapi ada banyak hal penting yang terjadi belakangan, hal yang tidak terduga. Bagi saya ini seperti mengambil risiko, tentu ini harus dibicarakan," tuturnya.

"Akan ada banyak orang yang datang ke Jepang, jadi mereka harus membuat keputusan yang tepat. Saya sudah divaksin, tetapi tidak semua orang menginginkan demikian," kata Osaka.

Jepang telah mencatat lebih dari 600.000 kasus positif dan lebih dari 10.500 kematian, tetapi proses vaksinasi berlangsung lambat, dengan hanya sekitar 2 persen populasi yang sudah divaksin dari total 126 juta penduduk Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper