Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Olimpiade Tokyo, Atlet Brasil Berlatih Hadapi Serangan Rasisme

Ketidaksetaraan rasial dapat menjadi subjek yang traumatis dan penuh beban di negara berpenduduk 212 juta orang ini.
Logo Olimpiade di distrik Nihonbashi di Tokyo, Jepang, pada 5 Agustus 2019./Reuters-Issei Kato
Logo Olimpiade di distrik Nihonbashi di Tokyo, Jepang, pada 5 Agustus 2019./Reuters-Issei Kato

Bisnis.com, JAKARTA - Serangan berbau rasisme menjadi hal yang diantisipasi kontingen olimpiade Brasil.

Menjelang berlangsungnya Olimpiade Tokyo, para atlet Brasil akan menjalani pelatihan antirasisme. Pelatihan dimaksudkan untuk mengatasi masalah rasisme di dunia olahraga.

Komite Olimpiade Brasil memiliki program kursus online 30 jam pekan ini. Kursus tersebut wajib diikuti 650 atlet, pelatih, dokter, ahli gizi, ofisial dan anggota delegasi lain yang akan mengikuti Olimpiade Tokyo pada Juli hingga Agustus.

"Tujuan dari kursus ini adalah untuk memberikan informasi, pengetahuan, juga membuka diskusi luas tentang rasisme dalam olahraga," kata sekjen panitia dan peraih medali emas judo pada Olimpiade 1992, Rogerio Sampaio, dikutip dari AFP, Jumat (9/4/2021).

Ia meyakini masalah rasisme tidak bisa diterima di dunia olahraga.

"Rasisme bersifat struktural... tapi kami yakin dunia olahraga tidak dapat lagi mentolerirnya," tambah Sampaio.

Sekitar 55 persen dari populasi Brasil merupakan warga kulit hitam atau campuran. Negara ini menghapus perbudakan pada 1888.

Ketidaksetaraan rasial dapat menjadi subjek yang traumatis dan penuh beban di negara berpenduduk 212 juta orang.

Warga kulit putih berpenghasilan hampir 75 persen lebih banyak daripada rata-rata orang kulit berwarna.

Kursus akan memberikan gambaran umum tentang sejarah ketidaksetaraan rasial di Brasil, dan membahas seperti apa rasisme dalam olahraga.

Kursus juga akan mengajari anggota delegasi Olimpiade apa saja yang dapat mereka lakukan jika menyaksikan atau menjadi korban rasisme.

Sampaio mengatakan Brasil adalah komite Olimpiade pertama di dunia yang meluncurkan inisiatif seperti itu.

Dia menyebutnya sebagai "langkah pertama" untuk mengatasi masalah.

"Kami tahu itu tidak cukup, tapi ini penting," kata Sampaio.

Insiden rasis dalam olahraga terus terjadi, meskipun ada dampak dari gerakan seperti "Black Lives Matter" di Amerika Serikat dan aktivis atlet, seperti Naomi Osaka dan LeBron James.

Dugaan rasisme terjadi dalam laga Cadis vs Valencia, Minggu (4/4). Pemain klub Spanyol Valencia Mouctar Diakhaby mengaku menerima ejekan rasis dari lawannya, Juan Cala.

Sementara itu, klub Prancis, Nantes FC, Selasa (6/4), mengatakan bahwa gelandang Imran Louza telah menerima ancaman pembunuhan dan serangan rasis di media sosial setelah pertandingan terakhir klub tersebut.

Klub sepak bola Inggris Swansea City dan Glasgow Rangers akan memboikot media sosial selama tujuh hari atas pelecehan rasial pemain mereka secara online.

Olahraga Brazil juga tidak lepas dari insiden rasis.

"Kami melihat banyak kasus karena internet.... Hal-hal ini selalu terjadi, tetapi sebelumnya berita tidak menjangkau banyak orang," kata mantan pesenam Brasil dan mantan atlet Olimpiade Daiane dos Santos.

Dos Santos, 38, adalah korban rasisme di dunia senam, olahraga dengan sedikit atlet kulit hitam dan sejarah insiden rasis yang terkenal di Brasil.

Peraih medali emas 2003 di Kejuaraan Senam Dunia (senam lantai) -- juara dunia senam pertama Brasil -- tersebut ingat rekan setimnya menolak untuk berlatih di sampingnya.

Tak hanya itu, para pelatih juga mempertanyakan mengapa seorang gadis kulit hitam ingin menjadi pesenam.

"Itu membuat saya mengembangkan karakter, yang membantu saya bertahan dari penindasan semacam itu," kata Dos Santos.

Menurut dia, kursus ini adalah ide yang bagus, dan perlu untuk ilakukan.

"Mari kita menghukum mereka yang pantas dihukum," dan menghilangkan alasan apa pun, kata Dos Santos.

Hukum Brasil mengatur denda atau hukuman penjara hingga tiga tahun bagi pelaku penghinaan rasis.

Komite Olimpiade Brasil juga memiliki kewenangan untuk mendenda atau memberikan sanksi kepada atlet yang melanggar kode etik, termasuk larangan berperilaku rasis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper