Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDONESIA OPEN 2017: Akankah Pebulu Tangkis Indonesia Rengkuh Gelar Juara?

Salah satu turnamen bulutangkis terbesar dunia, Indonesia Open Superseries Premier yang menawarkan total hadiah US$1 juta akan dimulai besok. Turnamen yang diadakan di Indonesia itu sudah dimulai sejak 1982, siapa saja pemain Indonesia yang terakhir kali menjuarai turnamen tersebut?
Maskot BCA Indonesia Open 2017 menyapa masyarakat di pusat perbelanjaan, Jakarta, Minggu (4/6/2017)./JIBI-Dedi Gunawan
Maskot BCA Indonesia Open 2017 menyapa masyarakat di pusat perbelanjaan, Jakarta, Minggu (4/6/2017)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu turnamen bulu tangkis terbesar dunia, Indonesia Open Superseries Premier yang menawarkan total hadiah US$1 juta akan dimulai besok. Turnamen yang diadakan di Indonesia itu sudah dimulai sejak 1982, siapa saja pemain Indonesia yang terakhir kali menjuarai turnamen tersebut?

Kalau dilihat per sektor, hanya ganda putra dan tunggal putra yang terakhir meraup gelar dalam lima tahun terakhir di Indonesia Open. Paling terakhir, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi kampiun di sektor ganda putra pada 2013 dan Simon Santoso pada 2012 menjadi nomor satu di tunggal putra pada turnamen tersebut.

Sisanya, sudah terjadi hampir lebih dari satu dekade silam. Untuk ganda campuran yang selama ini kerap menyumbang gelar untuk Indonesia saja terakhir kali mampu menjadi kampiun di Indonesia Open pada 2005, yakni dilakukan oleh Lilyana Natsir yang kala itu masih berpasangan dengan Nova Widyanto.

Selain itu, pada 2008, Lilyana juga berhasil menjadi kampiun di Indonesia Open, tetapi pada sektor yang berbeda, yakni ganda putri. Kala itu, Lilyana menjadi tandem Vita Marissa.

Oleh karena itu, Butet, sapaan akrab Lilyana, begitu penasaran untuk bisa menjuarai Indonesia Open, terutama untuk tahun ini yang akan berlangsung pada 12 Juni–18 Juni, bersama Tontowi Ahmad, pasangannya saat ini.

Adapun, sektor tunggal putri sudah cukup lama tidak meraih gelar Indonesia Open. Terakhir kali tunggal putri menjuarai Indonesia Open pada 16 tahun silam atau pada 2001. Kala itu Ellen Angelina berhasil naik podium tertinggi.

Berbicara Indonesia Open erat kaitannya dengan keangkeran Istora Senayan. Tempat turnamen bulutangkis legendaris dunia yang selalu disesaki penonton baik domestik maupun mancanegara itu selalu riuh dan genggap gempita.

Bahkan, pada Semifinal BWF World Superseries 2015, Saina Nehwal, tunggal putri India, sampai ragu melanjutkan permainan. Pasalnya, banyak teriakan riuh penonton yang protes kepada wasit karena berpersepsi poin Lindaweni Fanetri, tunggal putri Indonesia, dikurangi karena aksi challenge dari Saina.

Beberapa kali wasit menyuruh Saina melanjutkan permainan, tetapi dia enggan melanjutkan dengan penuh teriakan penonton satu Istora. Walaupun, akhirnya pertandingan tetap dilanjutkan dan Saina berhasil menundukkan Lindaweni.

Istora memang sangat angker. Bukan saja hanya pemain tamu, pemain negeri sendiri pun kesulitan menang di ajak sejuta dolar AS tersebut.

Namun, gelaran pada kali ini tidak dilakukan di tempat legendaris, Istora Senayan, yang tengah dipugar demi Asia Games 2018. Kali ini, plenary hall Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, disulap menjadi arena turnamen bulutangkis bergengsi tersebut.

Apakah pada turnamen Indonesia Open tahun ini para atlet Indonesia bisa mengambil tuah JCC untuk memburu gelar tertinggi? Kita tunggu saja aksi mereka!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Surya Rianto
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler