Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SERBA SERBI PIALA DUNIA 2014 : Inilah Rekam Jejak Piala Dunia Di Mata Lensa

Agence France-Presse bekerjasama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) mempersembahkan pameran foto yang mengabadikan momen-momen perjalanan piala dunia, mulai Uruguay 1930 sampai Brasil 2014.
Pekerja menata ruang pameran sementara di latar depan nampak foto yang merekam ekspresi Zidane dan Materazzi/Antara-Fanny Octavianus
Pekerja menata ruang pameran sementara di latar depan nampak foto yang merekam ekspresi Zidane dan Materazzi/Antara-Fanny Octavianus

Bisnis.com, JAKARTA - Pertengahan Juni tahun ini, tepatnya 13 Juni - 14 Juli 2014, kompetisi sepak bola antar negara sedunia digelar di Brasil, Amerika Selatan.

Ratusan juta pasang mata diperkirakan menyaksikan ajang bergengsi itu, baik secara langsung di stadion maupun melalui siaran televisi yang dipancarkan ke seluruh penjuru dunia.

Sebagai gambaran, laga final piala dunia antara Spanyol versus Belanda pada 2010, menurut catatan Federasi Sepakbola Se-Dunia, FIFA, disaksikan hampir satu miliar orang atau tepatnya sebanyak 909,6 juta warga dunia.

Seakan turut merayakan gegap gempita itu, Agence France-Presse bekerjasama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) mempersembahkan pameran foto yang mengabadikan momen-momen piala dunia.

Pameran foto bertajuk 'Jagat Laga Bola' yang dibuka mulai Senin (9/6) hingga 15 Juli 2014 di GFJA, Pasar Baru, Jakarta tersebut memamerkan sedikitnya 84 foto, sebagian besar hitam-putih, yang menampilkan perjalanan piala dunia pertama di Uruguay 1930 hingga di Brasil 2014.

Banyak kisah yang disampaikan melalui sejumlah foto itu, ada impian, kemenangan, tawa, suka cita, kekalahan, kesedihan, penyesalan, dan harapan semua terekam jelas di sana.

Seperti misalnya terlihat pada foto yang mengabadikan momen ketika Jules Rimet, Presiden FIFA asal Prancis yang menyerahkan trofi piala dunia kepada Raul Jude, Presiden Asosiasi Sepak Bola Uruguay, 5 Juli 1930 di Montevido.

Trofi yang juga diberi nama Jules Rimet, terbuat dari emas seberat 4 kg dan tinggi 30 cm itu akan diserahkan kepada kapten tim pemenang turnamen piala dunia pertama yang dilangsungkan di Uruguay. Kebetulan ketika itu Uruguay memenangi turnamen.

Jules Rimet adalah nama seorang pengacara dan pengusaha berkebangsaan Prancis yang melahirkan ajang turnamen sepakbola tersebut, pertama kalinya lantaran terinspirasi setelah menyaksikan perhelatan multi event dan tarung atlet antar negara pada Olimpiade Paris 1924.

Namanya kemudian diabadikan menjadi tropi kebanggaan dunia sepak bola sedunia, sebelum dinamai Piala Dunia pada 1974 di Jerman Barat.

Selain Uruguay, seiring perjalanan waktu, negara yang pernah menjuarai Piala Dunia adalah Brasil.

Ekspresi kemenangan dan kegembiraan terlihat pada foto pesepakbola Brasil, Ronaldo, yang mengangkat tinggi-tinggi trofi piala dunia di Jepang, setelah berhasil mengalahkan Jerman pada 2002.

Seperti biasa, dalam sebuah kompetisi selain suka pasti ada duka atau kekecewaan akibat kekalahan dalam pertandingan.

Hal ini juga nampak, seperti yang terlihat pada foto kiper Brasil, Taffarel mengangkat tangannya dalam suka cita, sementara penjaga gawang Italia, Gianluca Pagliuca menutup wajahnya, setelah Brasil memenangkan Piala Dunia keempat kalinya mengalahkan Italia 3-2 pada babak penalti, 17 Juli 1994, di Los Angeles.

Atau, rasa kesedihan mendalam yang tampak pada foto yang memperlihatkan gelandang Prancis, Michel Platini berjalan keluar lapangan selepas timnya dikalahkan Italia 2-1 pada laga babak pertama 1978 di Mar de Plata.

Selain kemenangan dan kekalahan, dalam Piala Dunia juga menghadirkan kisah dramatis tersendiri dalam perjalannya, seperti dalam foto pesepakbola Prancis Zinedine Zidane yang dikartu merah akibat menanduk pemain belakang Italia, Materazzi.

Zidane kala itu terpancing emosinya ketika beradu mulut dengan Materazzi sehingga membuatnya harus dikeluarkan dari lapangan oleh wasit.

Akhir dari pertandingan final Piala Dunia 2006 itu adalah kemenangan buat Italia dan disambut suka cita oleh Materazzi.

Selain itu, kisah dramatis di balik ajang piala dunia juga terjadi ketika pemain bertahan Kolombia Andreas Escobar terbaring di lapangan setelah mencetak gol bunuh diri yang gagal ditangkap kiper Oscar Cordoba saat mencoba menghalau tendangan penyerang Amerika Serikat, John Harkes, 1994.

Pada pertandingan itu, AS mengalahkan Kolombia 2-1.

Tragedi terjadi pasca pertandingan. Escobar ditemukan tewas tertembak sebanyak 12 kali, lantaran dibunuh oleh Humberto Munoz Castro, dengan motif kekecewaan pada Escobar.

Pelaku pembunuhan pada laga itu kalah berjudi. Dia menjagokan Kolombia dengan taruhan yang sangat besar, tetapi gara-gara gol bunuh diri Escobar, Kolombia menjadi kalah dari AS.

Piala Dunia, selain mengisahkan drama, juga melahirkan legenda sepakbola.

Salah satu yang terkenal adalah Pele, pemain asal Brasil. Sementara itu, Piala Dunia selain menyajikan sejuta kisah, tentu juga membawa jutaan harapan kemenangan yang tersemat pada setiap negara peserta turnamen, terlebih negara tuan rumah.

Seperti terlihat pada foto yang mengabadikan tenggelamnya bulan purnama di balik patung Yesus Juru Selamat di atas Bukit Corcavado, Rio de Janeiro, Brasil.

Foto itu seakan mengucapkan selamat datang kepada para peserta turnamen ajang sepakbola yang mampu menyatukan ratusan negara di dunia itu.

Dari seluruh foto yang dipamerkan, nampak foto pejuang apartheid, Nelson Mandela.

Foto ini mengabadikan saat terakhir kehadiran Mandela di ruang publik bertepatan dengan penutupan Piala Dunia 2010 di Stadion Soccer city.

Berdiri dengan mengenakan mantel penahan dingin yang menyelimuti kemeja batik berwarna merah, Mandela tampak tersenyum lebar dan melambaikan tangan kepada penonton di stadion.

Foto Mandela menjadi sangat bermakna karena saat momen itu tertangkap lensa itu, tak ada yang menduga bahwa lambaian itu adalah lambaian tangan terakhir Madiba kepada dunia.

"Sepakbola adalah milik sanubari semua orang yang mencintai perdamaian dan kemajemukan. Melalui koleksi foto dari arsip Agence Presse France ini, kita menatap masa depan, menghargai sejarah sportivitas sebagai pijakannya," tutur kurator pameran, Oscar Matuloh.

Dia mengatakan meskipun sepakbola hanyalah sebentuk permainan, tetapi percayalah dari sanalah pembelajaran tentang pergaulan dan perihal kehidupan, di mana sprotivitas mengaliri telaga dan samudra inspirasi serta persaudaraan.

Saat perdamaian terasa di hati, ketika apresiasi hadir seketika, kala sepakbola melepaskan identitas individu, maka dia sesungguhnya milik semesta jagat raya, meskipun hanya sebulan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper